SELAMAT DATANG DI BLOG IMAMEDU.

Rabu, 20 November 2013

Betapa senangnya bisa menikmati masa kecil dengan penuh keceriaan. Masa yang tak akan terulang kembali.

Jumat, 02 Agustus 2013

Enam Ribu Guru Masih Butuh Pendampingan

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 6.500 guru di Jawa Timur sudah dibekali pelatihan untuk menerapkan kurikulum baru 2013, Sabtu (13/7) kemarin. Namun, masih diperlukan pendampingan, sehingga metode yang akan diajarkan ke siswa lebih matang. Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya, Isa Ansori mengatakan, kalau hanya mengacu pada konsep persiapan yang singkat tersebut. Dikhawatirkan, penerapannya tidak optimal, sehingga kurikulum baru hanya berupa kemasan, namun isinya adalah pembelajaran lama. "Saya resiko kegagalannya tinggi," kata Isa saat dikonfirmasi Republika, Senin (15/7). Selain itu, dia menilai, dalam kurikulum tersebut, guru diminta berkreasi mengembangkan potensi siswa. Sedangkan, pola pengajaran guru di Indonesia, sebagian besar masih bergantung pada buku. Permasalahannya, kata Isa, pembagian buku sendiri masih belum merata. Guru pun masih perlu banyak belajar lagi dengan media barunya tersebut. Menurut dia, perlu pendampingan segera ke para guru, agar tidak menyimpang dalam proses penerapan ke siswa. "Kalau sekedar tahu, saya bisa jamin, mereka mengerti. Tapi bagaimana prilaku dan pemahamannya," ujarnya. Dia juga menyoroti teknis penularan ilmu yang dilakukan antarguru. Dia menambahkan, para pengajar itu masih dalam proses adaptasi, baik ke dirinya maupun ke siswa. Namun, mengapa pelatihan terhadap guru lain justru dilakukan guru yang sedang mematangkan kurikulum. Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim, Salamun menyatakan, pelatihan lima hari yang dilakukan kemarin, sudah dianggap cukup. Dia juga mengatakan, tuntutan profesi guru adalah mengajar, jadi bagaimana teknisnya mereka sudah terbiasa. "Ini kan hanya menerapkan dengan menambahkan sedikit sistem baru, jadi tidak perlu adaptasi dalam waktu lama," kata Salamun.

Sabtu, 14 Juli 2012

Prof. Sofjan: Tradisi Perbedaan Awal Puasa Itu Laknat, Bukan Rahmat

Den Haag Perbedaan awal puasa antar negara adalah hal yang bisa difahami, walau pun tidak mesti terjadi pada masa sekarang yang serba canggih bahwa setelah konjungsi hilal sudah muncul di atas horizon setelah terbenam matahari. Hal itu disampaikan staf pengajar pada Islamic University of Europa, Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom, Sabtu (14/7/2012). "Namun jika perbedaan awal Ramadan di satu negara apalagi di kota yang sama seperti Jakarta bahkan di satu gang yang sama, maka itu bukan lagi rahmat, namun laknat bagi umat Islam di tanah air," ujar Sofjan. Menurut Sofjan, perbedaan penetapan awal Ramadan sejak dulu bukan karena beda methode antara rukyah dan hisab, namun karena gengsi antara Muhammadiyah yang menerapkan methode horizon bebas dan Kemenag yang didominasi pemikiran horizon lokal. "Karena methode apa pun yang dipakai jika masing-masing pihak memahami bahwa tujuan dari rukyah dan hisab adalah sama yaitu hilal, pasti bisa ketemu dan puasa bersama," tandas Sofjan. Lanjut Sofjan, hakekat dan esensi perintah merukyah bukan ibadah dan tidak boleh disakralkan, tapi justru adalah untuk mengetahui apakah hilal sudah muncul atau belum. Jika kita sudah tahu hilal jauh sebelumnya, mengapa lajnatul isbath Kemenag dan ormas islam lainnya harus menunggu 29 Syaban setiap tahun untuk observasi hilal? Jika hilal sudah diyakini pasti muncul, mungkin dilihat di tempat lain, namun tidak mungkin dilihat di Indonesia, mengapa Kemenag harus mengerahkan massa memantau hilal di beberapa titik di tanah air pada 29 Syaban? "Artinya kenapa anggaran observasi dialokasikan dan dicairkan padahal sudah tahu haqqulyakin bahwa hilal untuk tahun ini pada tanggal tersebut tidak bisa dirukyah?Bukankah ini suatu pembodohan umat?," gugat Sofjan. Dijelaskan, untuk tahun ini konjungsi matahari dan bulan terjadi pada Kamis 19 Juli 2012 pukul 04.24 UT, 07.24 waktu Mekkah. Kondisi hilal di Indonesia sulit dirukyah karena ketinggian hilal kurang dari 2 derajat, walau pun sebenarnya ketinggian hilal 1 derajat pun pernah bisa dirukyah pada 1971 di Indonesia. Yang jelas, lanjut Sofjan, hilal sudah ada setelah matahari terbenam dan berumur lebih dari 8 jam setelah konjungsi. Kemungkinan dilihat di Mekkah ada selama sekitar 6 menit setelah matahari terbenam pada pukul 19.05 waktu setempat, lalu hilal tenggelam pada pukul 19.11. Dalam pandangan Sofjan, hanya ada satu solusi yaitu bubarkan lajnatul isbat dan ganti dengan lajnatul falak. Artinya, tidak mesti kumpul dan kongko-kongko lagi di Kemenag pada setiap tanggal 29 Syaban, tapi tentukan jauh sebelumnya bahwa puasa jatuh pada hari sekian dan tanggal sekian. Kemenag tahun ini harus berani menggunakan otoritasnya untuk mengumumkan awal puasa beberapa hari sebelum akhir Syaban dan menyiarkan puasa serentak pada 20 Juli 2012. Kemenag harus membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin bukan laknatan lilalamin. "Adalah suatu kesalahan besar jika beberapa ormas Islam dan lajnatul isbath Kemenag masih bersikeras mempertahankan tradisi dan adat yang tidak ada kaitannya dengan ibadat. Merukyah sendiri, dengan melakukan methode horizon lokal, berarti mempersempit rahmat dan menyebar laknat terhadap umat Islam di tanah air," demikian Sofjan. detik.com

Postingan Populer

Pengikut

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *